Purnama di Citarum
Oleh
Daru Pamungkas
Tema: Integritas
Genre: Sosial, Romance
Sebuah
kampung di perbatasan kabupaten Bekasi, terdapat sungai yang cukup bersejarah,
sungai Citarum. Pada tahun 1995, seorang bayi yang terlahir dari anak seorang
petani di pinggiran aliran sungai Citarum, tumbuh menjadi lelaki yang tangguh
dan pemberani. Namanya Hafiz Firdaus, sejak kecil kehidupannya erat dengan
dunia yang tak seharusnya dilakukan oleh anak seusianya.
Mencangkul, memanggul
padi, mencari rumput, dan pekerjaan berat lainnya adalah rutinitas sepulang
sekolah. Sawah yang hanya beberapa petak milik ayahnya, berada di seberang
aliran sungai Citarum.
Sungai yang lebarnya mencapai dua puluh
meter ini, membuat perahu penyebrangan (eretan) selalu jadi andalan bagi warga
sekitar sebagai tranfortasi menuju seberang. Kontur tanah yang menurun menuju
perahu, terkadang membuat ayah Hafis kesulitan bahkan sampai terjatuh ketika
harus membawa beras dengan sepeda ontel saat musim panen tiba. Belum lagi jika
hujan, tanah menjadi licin dan berbahaya. Hingga suatu hari, di saat hujan
deras dan volume air kali meninggkat, perahu yang ditumpangi Hafiz dan ibunya
terbawa arus sungai dan tenggelam. Hafiz masih bisa diselamatkan oleh warga,
namun tidak dengan ibunya. Hal inilah kemudian yang membuat Hafiz bercita-cita
untuk membangun jembatan di Sungai Citarum.
Masa-masa SMA, Hafiz berpacaran dengan Mia.
Gadis kampung yang baik dan cantik, anak kepala desa. Setelah lulus, Hafiz
mendapat beasiswa kuliah di Universitas Indonesia jurusan arsiek. Lima tahun
kemudian, Hafiz kembali ke kampungnya, namun keadaan masih tetap sama,
kemiskinan, jalan rusan dan masih belum ada jembatan. Ia kemudian kembali ke
kampus untuk bertemu dengan teman-temannya membicarakan sebuah proyek
pembangunan jembatan di Sungai Citarum. Setelah semuanya siap, hafiz kembali ke
kampungnya untuk bermusyawarah dgn warga dan kepala desa.
Menurut kepercayaan warga kampung, Sungai
citarum adalah sungai keramat. Setiap masa panen, warga selalu menyediakan
sesajen untuk penunggu sungai. Karena hal inilah, rencana pembangunan jembatan
Hafiz mendapat kecaman warga dan kepala desa. Namun Hafiz tetap melawan dan
terus mencoba membujuk warga. Hingga ia mendapat tekanan dari para cukong
kepala desa. Seiring berjlannya waktu, usaha hafiz membujuk warga mulai
mebuahkan hasil, namun kemudian, kepala desa memberikan uang sogokan kepada
Hafiz dan teman-teman agar tidak membangun jembatan, teman-temannya pun pergi
meninggalkan Hafiz karena tergiur uang milyaran. Kisah cintanya dengan Mia pun
kandas karena ayahnya Mia, Kepala Desa, sangat benci kepada Hafiz.
Ulah Kepala Desa ayahnya mia yang
menakut-nakuti warga dengan isu adanya penunggu sungai berupa siluman buaya
putih, kemudian dibocorkan Mia. Kepala Desa melakukan hal ini karena
perahu-perahu di sungai adalah miliknya, jika ada jembatan, ia tidak dapat
keuntungan. Kemudian Hafiz pun
bergerak bersama warga untuk menurunkan kepala desa dan melaporkan penyogokan
teman-temanyya kepada KPK. hAFIZ mulai membangun jembatan secara gotong royong
bersama warga dan mendapat bantuan dana dari pemerintah.

Heeem, tulisannya menarik dan menggugah. Human interes. Tapi typo-nya loba. tetap semangata!
BalasHapusoke, kang!
BalasHapusoke, kang!
BalasHapus